Sugeng rawuh to our blog site

Sugeng rawuh to our blog site

serba serbi serabi G activity

Minggu, 03 April 2011

Tugasb Rangkuman Filsafat (Dwi Lestari - 292009193)


FILSAFAT ILMU

A.    Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.
   Menurut The Liang Gie Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.     Dalam arti luas
Menampung permasalahan yang menyangkut hubungan dari kegiatan ilmiah seperti:
·            Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah
·            Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu
·            Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya
b.    Dalam arti sempit
Menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan kedalam yang terdapat di dalam ilmu,yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

B.     Objek Filsafat Ilmu
1.    Objek Material Filsafat Ilmu
Adalah objek yang dijadikan sarana penyelidikan oleh suatu ilmu,atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
2.    Objek Formal Filsafat Ilmu
Adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat(esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem inilah sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuan. Sikap atau pendirian filosofis dibedakan kedalam dua mainstream yaitu:
·      Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi
·      Spiritualisme adalah suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuan terhadap realitas. Manakala realitas adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas adalah spirit atau roh, maka terarah pada ilmu-ilmu humaniora.
 Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan.

C.     Lingkupan Filsafat Ilmu
Lingkup filsafat ilmu dari para filsafat dapat dijelaskan sebagaimana yang dikemukakan The Liang Gie (2000) sebagai berikut:
1.    Peter Angeles
Menurut filsuf ini, filsafat ilmu memiliki 4 bidang kosentrasi:
·      Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat adalah menelaah berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, kemudian analisis, perluasan, dan penyusunan.
·      Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu beserta stuktur perlambangnya.
·      Telaaah mengenai kaitan dari berbagai ilmu
·      Telaah akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan
2.    Marx Wartofsky
·      Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal dan metodologi ilmu
·      Persoalan ontologis dan epistemologis yang bersifat filsafat dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika modern konseptual dari penyelidikan ilmiah
3.    Ernest Nagel
·      Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu
·      Pembuktian konsep ilmiah
·      Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah

D.    Problema Filsafat Ilmu
Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu dari berbagai filsuf ilmu:
a.         B. Van Fraassen dan H. Margenau
Ø Metodologi
Ø Landasan ilmu-ilmu
Ø Ontologi
b.         Victor Lenzen
Ø Struktur ilmu (metode dan bentuk pengetahuan ilmiah)
Ø Pentingnya ilmu praktis dan pengetahuan realitas
c.         The Liang Gie
Ø Problem epistemologi
Ø Problem metafisis
Ø Problem metodologis
Ø Problem logis
Ø Problem etis
Ø Problem estetis
Benang merah dari berbagai pendapat:
v  Apakah konsep dasar ilmu? Maksudnya bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menelaskan praanggapan dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagi setiap cabang ilmu.
v  Apakah hakikat dari ilmu? Artinya langkah-langkah apakah suatu pengetahuan sehingga mencapai yang bersifat keilmuan.
v  Apakah batas-batas dari ilmu? Maksudnya apakah setiap ilmu mempunyai kebenaran yang bersifat sangat universal ataukah ada norma-normafundamental bagi kebenaran ilmu.

E.     Manfaat Belajar Filsafat Ilmu
1.    Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah.
Maksudnya seorang ilmuan harus mempunyai sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri sehingga dapat menghindarkan pemahaman pendapat sendiri yang paling benar.
2.    Merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Banyak terjadi para ilmuan menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga sikap yang diperlukan adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan stuktur ilmu pengetahuan .
3.    Memberikan pendasaran logis terhadaap metode keilmuan.
Metode ilmiah yang dikembangkan harus bisa dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Implikasi mempelajari filsafat ilmu adalah
1.   Bagi seseorang yang mempelajari ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak yang kuat. Dengan demikian antara ilmu satu dengan yang lain saling menyapa dan bisa saling bekerja sama untuk memecahkan permasalahan-permasalahan.
2.   Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “ menara gading “ yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkan dengan kenyataan.

F.      Hikmah
Sebagai pribadi yang saya dapat dari ini adalah dengan belajar ini menambah pengetahuan yang luas. Mengetahui betapa pentingnya ilmu bagi kita sehingga kita bisa tahu kebenaran-kebenaran ilmu yang kita pelajari. Sebagai mahasiswa kita mengetahui banyak pengetahuan yang kita dapat. Kita juga dalam mempelajari sesuatu harus tahu kebenarannya. Karena belum tentu semua pengetahuan yang ada baik untuk kita percaya. Mengajari kita bersikap kritis, mengajari cara berpikir cermat dan tetap semangat dalam belajar. Sebagai guru kita harus bisa mengajari peserta didik menggunakan materi-materi yang benar-benar terbukti kebenarannya atau terbukti kebenarannya. Sebagai makhluk sosial kita diajari menghargai pendapat orang lain, menghargai orang lain dalam memberikan hasil penemuan atau pemikirannya.



METAFISIKA

1.    Pengertian  Metafisika
Metafisika adalah upaya untuk menjawab problem tentang realitas yang lebih umum, komprehensif, atau lebih fundamental dari pada ilmu.
Metafisika dapat dikatakan sebagai usaha sistematis, reflektif dalam mencari hal-hal yang ada di belakang yang berarti mencari usaha untuk mencari prinsip dasar yang mencakup semua hal.
Metafisika menyentuh hal yang sangat sederhana tetapi sangat mendasar bagi semua bentuk pengetahuan, yakni yang ada (ens).

2.    Klasifikasi Metafisika (C.Wolff)
a.    Metaphysica Generalis (Ontologi)
Ontologi merupakan penataan realitas yang dialami manusia dan eksistensinya. Manusia sebagai pribadi disuapi (diberi makan) oleh kehadiran nyata yang ada. Diberi corak oleh kesadaran diri dan terbuka secara bebas. Dua aktivitas ini muncul dari manifestasi yang ada. Jadi ontologi mempunyai dasar antropologi.
b.    Metaphysica Specialis
·      Antropologi
·      Kosmologi
·      Theologi

3.    Metode metafisika
Metode dan isi metafisika berdasarkan De Veritate 1.1.c Thomas Aquinas:
a.    Dari segi isi De Veritate 1.1.c
Merupakan sebuah teks yang memaparkan kematangan berpikir dunia barat. Dan ditemukan pemikiran barat dan bentuknya yang paling padat dan matang.
b.    Kategori Thomas
Ditemukanya bidang filsafat khusus yaitu epistemologi, antropologi, kosmologia, dan etika serta filsafat ketuhanan.



c.    Metafisika Thomas dan hubungannya dengan Aristoteles
Mereka mengadakan pendekatan dari bawah yaitu dari fakta empiris dan dengan demikian diharapkan membantu untuk merealitivir dan menempatkan secara proposional kedudukan ilmu-ilmu empiris.
d.   Dari segi moral De Veritate
Membangun sikap optimis pada manusia:
Ø Moralitas berarti pengenalan kembali, sadar kembali akan ada. Bertindak berarti mengenal yang ada sebagai tujuan.
Ø Yang jahat dan penderitaan adalah sebuah privasi (pelucutan) dari keadaan yang seharusnya ada.
e.    Dari segi Antropologis
Manusia adalah pusat atau memainkan peranan yang sentral. Manusia mengandung kekuatan mengumpulkan dan membeda-bedakan.
f.     Dari ilmu ketuhanan tertentu
Menurut Thomas Aquinas banyak ilmu yang diambil dari istilah filsafat skolatik misalnya istilah analogi, universalia, predikabilia, persona,dan lain-lain. Dengan demikian orang bukan diajak untuk berbicara mengenaimetafisika, tetapi berusaha untuk bermetafisika bersama Thomas dan Aristoteles.

4.    Manfaat metafisika
1.    Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigma ilmiah, ketika kumpulan fakta.
2.    Metafisika mengajarkan cara berpikir yang serius untuk menjawab problem-problem, sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam.
3.    Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreatifitas baru.
4.    Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream, seperti: monisme, dualisme, pluralisme, sehingga  memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu
5.    Metafisika menuntut orisinalitas berpikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara  berpikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminologi filsafat yang khas.
6.    Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First principle) sebagai kebenaran yang paling akhir.
7.    Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir Pengada,artinya manusia memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggung jawab bagi diri, sesama, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu
8.    Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain.

5.    Hubungan metafisika dengan Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ø Hubungan metafisika dengan epistemologi terletak pada kebenaran (truth) sebagai titik omega bagi pencapaian pengetahuan.
Ø Hubungan metafisika dengan aksiologi terletak pada nilai (axios, value) sebagai kualitas yang inheren pada suatu objek. Objeknya mungkin dapat diindera, namun kualitasnya itu sendiri bersifat metafisik.
Ø Hubungan metafisika dengan logika bersifat simbiosis mutualistik. Di satu pihak metafisika memerlukan logika untuk membangun argumentasi yang meyakinkan, di pihak lain simbol dan prinsip-prinsip logika itu sendiri merupakan wajah metafisika, karena sifatnya yg abstrak.

6.    Hikmah
Sebagai pribadi kita dapat belajar cara berpikir yang serius untuk menjawab problem-problem, sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam. Dapat belajar kreatif untuk menghasilkan hal atau keterampilan yang baru. Sebagai mahasiswa kita harus belajar lebih maju untuk mengembangkan daya pikir kita agar kita mampu bermanfaat bagi semua orang, kita juga bisa menjadi orang yang patut dibanggakan. Sebagai guru kita harus bisa jadi teladan bagi anak didik kita, memberi keterampilan-keterampilan agar menjadi bekal bagi anak didik kita di masa yang akan datang. Sebagai makhluk sosial kita harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang kita tahu tidak hanya sekedar bicara tapi benar-benar tahu makna apa yang diucapkan. Menjadi teladan bagi masyarakat agar mereka juga mau berpikir, sehingga berkembang dan maju.





FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)

1.        Pengertian Epismologi
Epistemologi berasal dari kata Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, dan logos artinya pikiran, kata atau teori. Secara etimologi, epistemologi adalah teori pengetahuan yang benar. Lazimnya disebut teori pengetahuan (Theory of knowledge).
Epistemologi dalam pelbagai kepustakaan filsafat disebut juga logika material, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Filsafat pengetahuan.
a)    Logika Material
            Istilah logika material ini secara khusus hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda. Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran.
            Maka dapat dikatakan bahwa logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal yang disebut jalan pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran materiil, yang juga disebut kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.
b)    Kriteriologia
            Istilah kriteriologi berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran yaitu ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Jadi kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.
c)    Kritika Pengetahuan
Kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu pengrtahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam dan berusaha menentukan besar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia.
d)   Gnoseologia
            Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis yang berarti pengetahuan yang bersifat keilahian dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian gnoseologia  adalah ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai hakikat pengetahuan yang bersifat keilahian.
e)    Filsafat Pengetahuan
Secara singkat filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan.
Menurut :
·      J.A. Niels Mulder
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya ilmu pengetahuan.
·      Jacques Veuger
Epistemologi ialah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki  tentang pengetahuan kita sendiri bukan pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita dan sebaliknya.
·      Abbas Hamami Mintarejo
Epistemologi adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian pengetahuan yang telah terjadi.

     Dengan demikian epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, dan metode. Jadi objek material epistemologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.

2.        Arti Pengetahuan
     Pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dan pemikiran saling berkaitan karena semua pengetahuan dikenal dan ada dipikiran manusia, tanpa pikiran pengatahuan tidak akan eksis.
Menurut Bahm (dalam Rizal Mustansyir dkk.,2001) ada 8 hal penting yang membentuk struktur pikiran manusia, yaitu:
a.     Mengamati (observasi)
b.    Menyelidiki (inquires)
c.     Percaya (believes)
d.    Hasrat (desires)
e.     Maksud (intends)
f.     Mengatur (organizes); setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang.
Pikiran mengatur:
Ø Melalui kesadaran
Ø Melalui intuisi
Ø Melalui panggilan
Ø Melalui pengingatan
Ø Melalui pengantisipasian
Ø Melalui proses generalisasi
g.    Menyesuaikan (adaps)
h.    Menikmati (enjoys)

3.        Terjadinya Pengetahuan
Ada 6 hal terjadinya pengetahuan menurut John Hospers dalam bukunya An introduction to PhilosophicalAnalysis, yaitu:
1)      Pengalaman indra (sense experience)
Merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar manusia melalui kekuatan indra.
2)      Nalar (reason)
Adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud mendapat pengetahuan baru.
3)      Otoritas (authority)
Adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4)      Intuisi (intuition)
Merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan-pernyataan yang berupa pengetahuan.
5)      Wahyu (revelation)
Adalah berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umat-Nya.
6)      Keyakinan (faith)
Adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.

4.        Jenis-Jenis Pengetahuan
Menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi:
1.    Pengetahuan nonilmiah
Ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
2.    Pengetahuan ilmiah
Adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.
Menurut Playo dan Aristoteles:
1.      Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
2.      Pengetahuan Pistis (Substansial)
3.      Pengetahuan Dianoya (matematik)
4.      Pengetahuan Noesis (Filsafat)

5.        Asal Usul Pengetahuan
1.    Aliran-aliran dalam pengetahuan
a.    Rasionalisme
b.    Empirisme
c.    Kritivisme
d.   positivisme
2.    Metode ilmiah
a.    Metode ilmiah yang bersifat umum
b.    Metode penyelidikan ilmiah
3.    Sarana berpikir ilmiah
a.    Bahasa ilmiah
b.    Logika dan matematika
c.    Logika dan statistika

6.        Hikmah
Sebagai pribadi kita mampu mengetahui, mengamati, menyelidiki, percaya dengan pengetahuan yang kita dapatkan. Kita dapat mengatur setiap pikiran kita, kita dapat menggunakan nalar dalam melakukan sesuatu. Sebagai mahasiswa kita bisa belajar banyak hal atau cara belajar mendapat pengetahuan agar menjadi bekal dimasa yang akan datang. Apalagi kita akan mengajar anak-anak agar mereka mendapatkan pengetahuan yang baik. Sebagai guru kita harus memberi contoh kepada anak didik kita hal-hal yang baik dan bermakna tidak hanya bisa memberi contoh tetapi kita sendiri tidak bisa melakukannya. Sebagai makhluk sosial kita menghargai pendapat orang lain. Kita juga harus bisa mengajari hal-hal yang benar kepada orang lain, menjadi contoh juga menjadi seseorang yang mampu mengubah pola pikir yang buruk menjadi baik dan bermanfaat.



DAFTAR PUSTAKA

1.    Bagus lorens. Metafisika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2.    Surajiyo.2007.Filsafat ilmu dan perkembangan di indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar