Sugeng rawuh to our blog site

Sugeng rawuh to our blog site

serba serbi serabi G activity

Jumat, 08 April 2011

FILSAFAT ILMU

Yoga Dwi Prasojo
292009195 / G
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk. (1998) untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu sangat bermanfaat untuk menyimak empat titik pandang di dalam filsafat ilmu, yaitu sebagai berikut :
1. Filsafat ilmu adalah perumusan world views yang konsisten dengan dan pada beberapa pengertian didasarkan atas teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dan presuppositions dan predispositions dari para ilmuan. Pandangan ini cenderung mengasimilasikan filsafat ilmu dengan sosiologi.
3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan.
4. Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua (second order criteriology).

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Filsafat ilmu dalam arti luas : menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu dalam arti sempit : menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyengkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah. (Becrling, 1988).

Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu berikut :
a. Sifat pengetahuan ilmiah,
b. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah.


B. Objek Filsafat Ilmu.
1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni ontologism, epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologis artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan.
Landasan epistemologis artinya titik tolak penelahaan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Landasan aksiologis merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh mayarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan. (Rizal Mustansyir, dkk., 2001).

C. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut para Filsuf
1. Peter Angeles
Menurut filsuf ini, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama :
a. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
c. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.
d. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.
2. A. Cornelius Benjamin
Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang sebagai berikut :
a. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah.
b. Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
c. Aneka telaah mengenai saling kait diantara berbagai ilmu dan imlikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialisme, monisme atau pluralisme.
3. Marx Wartofsky
Menurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi :
a. Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal dan metodologi ilmu.
b. Persoalan-persoalan ontologi dan epistemologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dan logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.
4. Ernest Nagel
Filsafat ilmu mencakup tiga bidang luas :
a. Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu.
b. Pembuktian konsep ilmiah.
c. Pembuktian keabsahan kesimpulan.

D. Problema Filsafat Ilmu
1. B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enampuluhan adalah :
a. Metodologi, yaitu mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran.
b. Landasan ilmu-ilmu
Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematika.
c. Ontologi
Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep subtansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas teoritis. (The Liang Gie, 2000, hlm. 78-79).
2. Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan 2 problem :
a. Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b. Pentingnya ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas. (The Liang Gie, hlm. 79).
3. The Liang Gie
Seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi :
a. Problem epistemologis tentang ilmu,
b. Problem metafisis tentang ilmu,
c. Problem metodologis tentang ilmu,
d. Problem logis tentang ilmu,
e. Problem etis tentang ilmu,
f. Problem estetis tentang ilmu,
E. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

Implikasi mempelajari filsafat ilmu seperti yang diuraikan Rizal Mustansyir, dkk., adalah sebagai berikut :
1. Bagi seseorang yang memperlajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan berpijak yang kuat.
2. Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam pola piker “menara gading” yaitu hanya berfikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.
Hikmah :
• Setelah membaca bab ini kita mampu mengetahui latar belakang munculnya filsafat ilmu serta masalah – masalah atau problematika dalam filsafat ilmu yang dikemukakan oleh para ahli, serta manfaat filsafat ilmu dalam bidang pendidikan.


PENEMUAN KEBENARAN

A. Cara Penemuan Kebenaran
1. Penemuan secara kebetulan
Yaitu penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Cara ini tidak dapat diterima dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.
2. Penemuan ‘Coba dan Ralat’ (Trial and Error)
Penemuan ini terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari. Penemuan ini kerap kali memerlukan waktu yang lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya.
3. Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang mempunyai kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah.
4. Penemuan Secara Spekulatif
Misalnya seseorang yang menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan pada penemuan secara spekulatif, mungkin sekali ia membuat sejumlah alternatif pemecahan.
5. Penemuan Kebenaran Lewat Cara berfikir Kritis dan Rasional
Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha menganalisanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat.
6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.

B. Definisi Kebenaran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Purwadarminta ditemukan arti kebenaran, yakni 1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); 3. Kejujuran, kelurusan hati; 4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulan.
C. Jenis-Jenis Kebenaran
Kebenaran Epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti ontological adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. Kebenaran dalam arti semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga kebenaran moral karena apakah tutur kata dalam bahasa itu mengkhianati atau tidak terhadap kebenaran epistemological atau pun kebenaran ontological tergantung kepada manusianya yang mempunyai kemerdekaan untuk menggunakan tutur kata atau pun bahasa itu.

D. Sifat Kebenaran
Menurut Abbas Hamami Mintaredja (1983) kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Jika subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai.
Berbagai kebenaran dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM Yogyakarta (1996) dibedakan menjadi 3 hal, yakni sebagai berikut :
1. Kebenaran kaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa :
a. Pengetahuan biasa atau biasa disebut knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif.
b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau hampiran metodologis yang khas pula.
c. Pengetahuan filsafat yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif.
d. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.
2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya. Jika seseorang membangunnya melalui indra atau sense experience, pada saat itu membuktikan kebenaran pengetahuan harus melalui indra pula, begitu juga dengan cara yang lain.
3. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan ojek manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan, subjekkah atau objek.

E. Teori Kebenaran dan Kekhilafan
Secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut :
1. Teori kebenaran saling berhubungan (Coherence Theory of Truth)
Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melaui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika apabila merupakan pernyataan yang bersifat logis.
2. Teori Kebenaran Saling Berkesuaian (Correspondence Theory of Truth)
Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua. Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesuaian dengan dunia kenyataan.
3. Teori Kebenaran Inherensi (Inherent Teory of Truth)
Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.
4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic Theory of Truth)
Proposisi itu ditinjau dari segi artinya atau maknanya. Apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referensi yang jelas.
5. Teori Kebenaran Sintaksis
Berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku.
6. Teori Kebenaran Nondeskripsi
Teori kebenaran nondiskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu. Jadi, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupa sehari-hari.
7. Teori Kebenaran Logik yang Berlebihan (Logical Superfluity of Truth)
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistic yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kakacauan bahasa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.

Kekhilafan
Dalam pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan pengambilan kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengalaman-pengalaman. Jadi dalam hal ini khilaf muncul karena adanya praanggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar secara umum.

Hikmah :
• Bahwa kita dituntut menjadi manusia yang kreatif dalam pengambilan sutu keputusan namun tetap berdasarkan teori – teori empiris. Bahwa tak selalu apa yang kita lakukan benar, namun ada kesalahan yang membuat kita mengetahui apa kekurangan kita.



HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

A. Ilmu dan Masyarakat
Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan”. (Van Melsen, 1987)
Ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “tempat tergantung” kehidupan manusia.

B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Beberapa pengertian kebudayaan dari para ahli baik dari budayawan Indonesia atau pun dari bangsa di luar Indonesia.
1. Ki Hajar Dewantoro
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
2. Sutan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
4. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn
Kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.


5. Malinowski
Kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia.

Unsur-unsur kebudayaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan. Merupakan produk manusia sebagai homo religious.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
3. Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain.
4. Sistem mata pencarian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadi tingkat kehidupan manusia secara umum harus meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat.
6. Bahasa merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda, yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.

C. Pengaruh timbal-balik antara ilmu dan kebudayaan
Antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan timbale balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung.

D. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional
1. Pengertian Kebudayaan Nasional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah kebudayaan diartikan sebagai : a. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia; b. keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Sementara itu kebudayaan nasional diartikan sebagai kebudayaan yang dianut oleh semua warga dalam satu negara. Artinya keseluruhan cara hidup, cara berfikir, dan pandangan hidup suatu bangsa yang terekspresi dalam seluruh segi kehidupannya dalam ruang dan waktu tertentu.
2. Kebudayaan Nasional dan Manusia Indonesia
Dinamis atau tidaknya kebudayaan nasional akan tampak dari mampu atau tidaknya kebudayaan tersebut merangsang pertumbuhan serta perkembangan segala kekuatan aktif kreatif yang dimiliki manusia dan masyarakat Indonesia.
3. Peranan Ilmu terhadap Kebudayaan Nasional
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kea rah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi tujuan nasional.

E. Strategi Kebudayaan
1. Fungsi Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional mempunyai dua fungsi pokok, yaitu pertama sebagai pedoman dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa bagi masyarakat majemuk Indonesia. Kedua sebagai pedoman dalam pengambilalihan dan pengembangan ilmu dan teknologi modern.
Kebudayaan nasional merupakan sarana pemberi identitas bangsa, wahana komunikasi, dan penguat solidaritas, serta pedoman alih ilmu dan teknologi. Agar kebudayaan nasional dapat berfungsi, diperlukan sistem demokratisasi budaya, yakni suatu sistem yang mendukung kebebasan dan otonomi manusia serta lembaga-lembaga sosial yang mengatur kehidupan masyarakat.
2. Strategi Kebudayaan di Indonesia
Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan Barat. Adapun Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gorong royong. Oleh karena itu manusia Indonesia tidak boleh melupakan sejarahnya. (Supartono Widyosiswoyo, 1996).
Untuk dapat menciptakan kebudayaan nasional Indonesia sebagai kegiatan dan proses demi kejayaan bangsa dan negara diperlukan adanya strategi yang tangguh. Menurut Slamet Sutrisno ada lima langkah strategi, yakni sebagai berikut :
a. Akulturasi
b. Progresivitas
c. Sistem pendidikan di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial.
d. Kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia.
e. Sosialisasi Pancasila sebagai dasar negara melalui pendidikan moral pancasila di sekolah dasar, menengah dan mata kuliah pancasila di perguruan tinggi.

Hikmah :
• Bahwa masyarakat dan ilmu adalah sebuah komponen yang tidak dapat dipisahkan. Dan tidak dapat berdiri sendiri – sendiri, harus saling berkaitan. Keterkaitan ilmu dan masyarakat akan menimbulkan sebuah keduyaan.

1 komentar:

  1. Lengkap. sy jingkrak2 pas dpet materi ini. soalny ad tugas dri dosen filsafat. Thank you. Smoga dpt pahala yaa.. hehehe ;-)

    BalasHapus