Sugeng rawuh to our blog site

Sugeng rawuh to our blog site

serba serbi serabi G activity

Kamis, 07 April 2011

Tugas asasmen-Windah Lestari-292009169-G

Windah lestari/292009169/G
LOGIKA DEDUKTIF
Logika deduktif bekerja dari hal yang umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya ialah segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam satu kelas/jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus ini benar-benar merupakan bagian/unsur dari hal yang umum itu.
Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam menarik kesimpulannya. Silogisme adalah suatu argumentasi yang terdiri dari 3 buah proporsi yaitu
• Premis mayor (PMj)
Adalah proporsi yang bersifat umum (general) berupa teori, hukum ataupun dalil dari suatu ilmu.
• Premis minor (PMn)
Adalah proporsi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap indera yaitu yang ingin diketahui.
• Konklusi/konsekuen/kesimpulan (K)
Adalah jawaban logis bagi premis minor itu.
Misalnya ingin diketahui tentang sifat dari besi dalam peristiwa pemanasan (ini ditetapkan untuk premis minor). Selanjutnya dicari suatu generalisasi dari peristiwa pemanasan itu (untuk premis mayornya). Silogismenya adalah sebagai berikut:
Proporsi 1 (PMj) : semua logam jika dipanaskan akan memuai
Proporsi 2 (PMn) : besi adalah logam
Proporsi 3 (K) : jika besi dipanaskan, akan memuai

Penalaran deduktif terlihat sederhana dan mudah, namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Berbagai kesulitan yang harus diatasi agar didapat tingkat kebenaran yang lebih tinggi antara lain :
• Bayangkan, keterampilan apa yang harus dikuasai oleh para penalar untuk dapat mencari atau menentukan generalisasi yang akan dijadikan premis mayor (ada juga yang menyebut sebagai postulat dan anggaran dasar/asumsi)
• Keterampilan dalam merumuskan proporsi faktual (dari fenomena) untuk menentukan premis minor.
• Setelah dapat menentukan premis mayor dan minor selanjutnya menghadapi persoalan conception yaitu mengkaji konsep-konsep yang membangun proporsi-proporsi (baik sebagai premis mayor maupun minor). Misalnya apa sebenarnya konsep logam, konsep besi.
• Setelah jelas konsepnya masih harus menghadapi persoalan judgement yaitu menentukan kebenaran hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain pada setiap proporsi. Misalnya benarkah hubungan konsep logam dengan konsep pemanasan dan pemuaian.
• Akhirnya bagaimana memberi reasoning (argumentasi) /pertimbangan terhadap duduk perkara premis minor pada premis mayor, misalnya bagaimana pertimbangannya bahwa besi itu bagian dari logam.
Setelah memperhatikan hal-hal tersebut barulah penalaran dapat menarik kesimpulan deduktifnya secara benar. Secara logika tanpa dimilikinya keterampilan tersebut dapat mewujudkan kesalahan silogismik yaitu
• Kesalahan isi (material) yaitu kesalahan materi dari premis –premisnya. Meskipun dalah satu premisnya benar maka kesimpulannya akan salah.
• Kesalahan bentuk (formal) adalah kesalahan jalannya deduksi, meskipun materi (isi) pada premis mayor dari premis minor adalah benar tetapi karena jalannya salah maka konklusi nya akan salah.
Penguasaan atas silogisme ini sangat bermanfaat dalam pengkajian ilmu logika (baik logika traditional maupun modern). Pemikiran deduktif merupakan hasil logika atau rasio. Kesimpulan deduktif dianggap sebagai kesimpulan sementara . untuk meyakinkan kebenarnnya maka perlu dilakukan pengujian yaitu membandingkan dan atau menyesuaikan keadaan empirik dengan proses penalaran induktif.

1. Hikmah bagi Mahasiswa
 Mampu menyelidiki segala sesuatu dengan lebih mendalam dan luas.
 Melatih diri untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematis.
2. Hikmah bagi agama
 Mengajarkan cara berfikir kritis, sehingga tidak terjebak kedalam sifat taqlid.
 Menyadari kedudukan manusia dengan Sang Pencipta.
3. Hikmah bagi masyarakat
 Penggunaan akal yang proporsional dalam kehidupan yang terus berkembang.
 Menyadari kehidupan manusia baik secara pribadi maupun dengan hubungan orang lain.

Penelitian ilmiah

Ada tiga tingkatan untuk sampai kepada perwujudan teori/ ilmu yaitu
1. Penelitian dalam upaya mencari masalah.
2. Penelitian dalam upaya mengembangkan masalah.
3. Penelitian dalam upaya menguji jawaban terhadap masalah.
Secara berturut-turut penelitian tersebut disebut penelitian eksploratif, penelitian pengembangan, penelitian verifikasi. Penelitian verifikasi yaitu penelitian yang berupaya menguji jawaban masalah, yang dimaksud adalah menguji jawaban hasil pemikiran yang kebenarannya bersifat sementara , maka penelitian verifikatiflah yang berhipotesis.
Sedangkan dua penelitian yang lain tidak berhipotesis karena masih dalam upaya mencari dan mengembangkan masalah. Meskipun demikian kedua penelitian tersebut telah menaati prosedur ilmiah, dengan memodifikasi pada langkah kerangka pikiran yang diarahkan kepada pendekatan masalah, sedangkan langkah pengujian hipotesis diganti dengan langkah teknis analisis, sementara yang lainnya tetap.
Dari ketiga macam penelitian menurut tingkatannya itu dapat dikaji metode-metode yang didasarkan kepada tujuan dan obyek-obyeknya yaitu ada yang bertujuan memperlajari, mendeskripsi , mendeteksi, dan ada pula yang menyelidiki hubungan kausalitas. Berdasarkan metode yang dilandaskan pada tujuan dan obyeknya itu dapat dibedakan beberapa bentuk penelitian yang umum dipergunakan antara lain :
• penelitian kasus
• penelitian deskriptif dibedakan antara :
 survai deskriptif
 survai perkembangan
• penelitian verifikatif : penelitian korelasional , penelitian sejarah, dan penelitian tindakan
• penelitian kausalitas dibedakan antara
 penelitian kausal-komparatif
 penelitian eksperimental
Di bawah ini diuraiakan kedelapan macam penelitian :
1. Studi kasus atau penelitian kasus
Bertujuan mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya dalam interaksinya dengan lingkungan dari suatu unit sosial seperti individu, kelembagaan, komunitas ataupun masyarakat. Variabel kehidupan sosial secara lengkap menurut sistemnya dipelajari secara mendalam hanya pada satu unit sosial.
2. Penelitian deskripti
Bertujuan membuat deskriptif mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematis, factual dan teliti. Variabel-variaabel yang diteliti terbatas saja, tetapi dilakukan secara meluas pada suatu populasi. Biasanya penelitian semacam ini disebut survai ( jadi berbeda dengan studi kasus, dimana fakta-fakta dan sifat-sifatnya dipelajari selengkapnya secara mendalamtetapi hanya pada satu unit tertentu saja).
3. Penelitian korelasional
Bertujuan untuk mendeteksi/ mengungkap sejauh mana variasi-variasi suatu factor berkaitan atau berkorelasi dengan variasi-variasi pada factor lain, yang didasarkan pada koefisiansi korelasi.
4. Penelitian kausalitas
Bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa/fenomena.
Penelitian eksplanatori adalah penyelidikan kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari factor-faktor yang mungkin terjadi penyebabnya , melalui data tertentu.
Penelitian eksperimen penyelidikannnya dengan cara mengenakan faktor penyebab kepada kelompok eksperimental, kemudian dikaji akibat yang terjadi, utnuk meyakinkan bahwa yang terjaadi itu benar-benar sebagai akibat dari perlakuan, biasanya dibandingkan dengan kelompok control yang tidak dikenai perlakuan.
5. Penelitian tindakan
Tindakannya bertujuan untuk menerapkan ide-ide baru dalam rangka memecahkan masalah dalam suatu lapangan kerja atau dunia aktual lainnya.
6. Penelitian sejarah
Penelitian yang bertujuan utnuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengevaluasi, mensintesis dan memverifikasi bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.


1. Hikmah bagi Mahasiswa
 Membiasakan untuk bersikap logis-rasional
 Melatih diri melakukan penelitan, pengkajian dan mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal yang mendalam.
2. Hikmah bagi agama
 Melatih menggunakan akal dan dipikran pemberian Tuhan dengan sebaiik-baiknya.
 Akal merupakan sarana untuk memahami kekuasaan Tuhan.
3. Hikmah bagi masyarakat
 Menyadari manusia sebagai mahkluk sosial.
 Membuat diri manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.

Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory.
Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa:
1. Hakikat itu ada dan nyata;
2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
3. Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami;
4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi pikiran, nilai dan keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran, dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal, masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia. Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.
Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:
1. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî. Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:
a. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat, dan ilmu manusia.
b. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
c. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik).
d. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.
e. Ilmu adalah pembenaran yang diyakini.
f. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal.
g. Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan.
h. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi.
i. Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik.
j. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.
2. Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu. Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan. Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.

1. Hikmah bagi Mahasiswa
 Membiasakan diri intuk bersikap kritis
 Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
2. Hikmah bagi agama
 Membuka wawasan berfikir menuju ke arah penghayatan
 Menambah ketaatan beribadah tehadap Tuhan YME
3. Hikmah bagi masyarakat
 Mengembangkan sikap tanggung jawab.
 Membiasakan teliti dan cermat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar